Soenarto PR seorang pelukis tua, pendiri Sanggar Bambu Yogyakarta. Bagi para perupa dan seniman umumnya, nama Soenarto cukup dikenal. Kini usianya sudah tua, tapi semangat melukisnya terus membara. Selasa (3/8) lalu, Soenarto mengadakan pameran tunggal di Bentara Budaya Yogyakarta. Soenarto yang kini berusia 79 tahun, menyajikan profil tokoh pada karya-karya yang dipamerkan ini.
Jadi, bisa dikatakan, Soenarto berada diantara para tokoh. Bukan hanya tokoh pelukis, namun juga tokoh politik dan agama. Wajah-wajah tokoh yang digambar, rasanya orang sudah mengenalnya. Misalnya, ada wajah Bung Karno, Bung Hatta, Fatmawati Soekarno, Gus Dur, Megawati, Goenawan Mohamad, Emha Ainun Najib, Affandi, Sudjojono dan tokoh-tokoh lainnya. Ada juga tokoh yang berasal dari negara lain, misalnya Yasser Arafat, Bunda Teresa, Aung San Suu Kyi, Fidel Castro, Karl Marx, Tagore, Gandhi dan yang lainnya.
Tokoh-tokoh yang digambar, kiranya adalah tokoh yang dikenal, baik secara pribadi maupun dikenal karena memang tokoh-tokoh bersangkutan, dikenal luas di jagad ini, misalnya Karl Marx, Fidel Castro, Mohamad Gandhi, Tagore, Bung Hatta, Bung Karno. Tokoh-tokoh yang dikenal secara pribadi dan Soenarto pernah bertemu, misalnya Soedjojono, Affandi, Emha Ainun Najib dan yang lain.Tidak tahu kenapa, Soenarto menggambar para tokoh. Meski visualnya tidak persis sama laiknya foto, namun orang mengenali wajahnya. Setidaknya, gambar para tokoh karya Soenarto, secara anatomis bisa dikenali dan orang juga mengenali. Meski, kalau melihat wajah sesungguhnya, ada sesuatu yang, sepertinya lain. Wajah Gus Dur yang digambar oleh Soenarto, rasanya dengan segera orang akan mengenalinya. Atau juga wajah Megawati. Bahkan, Wajah Emha Ainun Najib dan Goenawan Moehamad, orang akan dengan mudah mengenalinya.
Para tokoh digambar oleh Soenarto secara tidak utuh. Kalau dalam bahasa foto hanya setengah badan. Laiknya foto setengah badan: dari kepala ke bawah, sampai dada, atau sedikit di atas perut. Yang khas dari para tokoh dihadirkan, sehingga orang segera mengenalnya. Misalnya, gambar Yasser Arrafat mengenakan cadar, atau juga Emha beserta kumisnya, dan Sudjojono dengan pipa cangklongnya. Yang menarik lagi, gambar diri Soenarto, yang diberi judul Potret diri dihadirkan ketika Soenarto masih muda dan kelihatan gagah. Berbeda dengan Soenarto sekarang, yang kumis dan jenggotnya sudah lebat.
Para tokoh dunia, gambar dari Soenarto, barangkali merupakan representasi dari rasa kagum Soenarto pada para tokoh itu. Hebatnya, tokoh yang dikagumi berasal dari latar belakang yang beragam dan memiliki aktivitas yang berbeda. Karl Marx misalnya, tokoh ilmu yang hingga kini, pemikirannya masih terus mempengaruhi orang. Bahkan, kalau belum membaca buku Karl Marx, Das Kapital misalnya, ilmuwan dianggap tidak menempuh jalur kritis dan dialektis.
Ada juga tokoh yang memperjuangkan nir kekerasan dan sampai sekarang, apa yang dulu diperjuangkan oleh Gandhi, masih diteruskan oleh generasi yang lebih muda. Selain itu, tokoh kemanusiaan, yang menyapa orang miskin dan kelaparan, ialah Bunda Theresia. Ada juga, seorang perempuan pejuang demokrasi, yang sampai hari ini, tidak henti-hentinya memperjuangkannya, meski penjara selalu mengurungnya. Tokoh perempuan itu bernama Aung san Suu Kyi.
Melihat para tokoh yang digambar oleh Soenarto, orang seperti diberi tahu, bahwa ada banyak tokoh di Indonesia. Dan tokoh-tokoh itu berasal dari beragam latar belakang serta memiliki aktivitas yang berbeda-beda.
Meski kamera telah mengalami kemajuan dan memudahkan orang untuk merekam wajah para tokoh. Tapi gambar para tokoh, setidaknya seperti karya Soenarto, memiliki impresi berbeda dengan karya fotografi. Tokoh-tokoh hasil gambar(an) dari Soenarto, rasanya bisa memberikan gambaran mengenai tokoh bersangkutan. Jadi, gambar karya Soenaro mengenai wajah-wajah tokoh, bukan hanya sekedar gambar, melainkan gambar(an) mengenai tokoh-tokoh bersangkutan.